Perjalanan seorang sahabat menuju ALLAH  

www.tips-fb.com Posted by Jajilah zahra in

Assalamu’alaikum….

Apa kabar sahabat? Sekian lama tak menyapa, semoga antum semua tetap dalam keimanan dan selalu diliputi rahmat cinta-Nya.

Sahabat, Sepenggal kisah untuk kita, yang kami tulis, terinpirasi dari seorang sahabat yang begitu luar biasa, yang mana kami belajar banyak darinya. Kita simak sama-sama ya !!!


PERJALANAN SEORANG SAHABAT MENUJU ALLAH

“Assalamu’alaikum…”. Terdengar ucapan salam dari arah belakangku. “Wa’alaikum salam warahmatullah”, jawabku seraya menoleh ke arah sumber suara. Ada sesosok ikhwan yang tak asing berjalan menghampiriku. Saat itu ba’da maghrib, waktu yang tak lama untuk sekedar basa-basi. Kemudian aku pamit pergi mendahuluinya, meski dalam hati menyesal, kenapa tidak mengobrol lebih lama.

Itulah awal pertemuanku dengan seseorang yang kini menjadi sahabat terbaikku. Dialah sahabat yang telah Allah kirimkan untuk membuka jalan bagiku dalam usaha menemukan sebuah komunitas yang bisa mengantarku menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Komunitas yang dipenuhi dengan orang-orang yang sholeh, bersemangat menuntut ilmu, dan mempunyai kesamaan visi dalam usaha berjuang menegakkan kalimah Ilahi.

Sebut saja namanya Mas Hanif. Nama lengkapnya Muhammad Hanif . Meski usianya dua tahun lebih muda dariku, namun dalam hal ilmu agama ia lebih faham dan lebih berpengalaman dalam da’wah. Hari-harinya dipenuhi dengan jadwal yang cukup padat. Selain mengajar di Salah satu SD Islam Terpadu di daerahnya, tepatnya di kota sentani Papua, ia juga disibukkan dengan mengisi kajian untuk para pemuda binaannya, dan masih banyak aktivitas lain yang tentunya tidak aku ketahui.

Walaupun kami belum sempat berkenalan, tapi aku tahu namanya dari salah seorang temanku yang telah mengenalnya lebih dulu. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya shalat jama’ah di masjid, tapi aku ragu untuk menegur duluan dan hanya bisa mengamati dari kejauhan. “Wah… seperti inilah, gambaran orang sholeh yang cocok dijadikan teman”, pikirku dalam hati. Tetapi karena aku tipe orang yang kurang supel, akhirnya hanya bisa menunggu dan menunggu waktu yang kurasa tepat untuk lebih mengenalnya.

Singkat cerita, kami pun berkenalan. Mengetahui nama satu sama lain meski hanya sebentar karena dia sering tak punya banyak waktu karena harus kembali mengajar, atau entah karena apa yang aku kurang tahu.

Pada kesempatan lainnya, kebetulan ada kegiatan di tempatnya yang diadakan sebulan sekali yaitu acara tasqif. Tasqif adalah suatu kajian yang membahas tentang ilmu agama yang bertujuan menambah wawasan keilmuan, tentunya dalam hal agama. Alhamdulillah banyak yang hadir termasuk aku, tak hanya kalangan ikhwan (laki-laki) tetapi juga kalangan akhwat (perempuan) yang tentunya mereka semua aktif dalam pembinaan keislaman pekanan (halaqoh). Seusai acara itu, dikenalkanlah aku dan beberapa temanku yang lain dengan seorang ustadz yang sekarang menjadi pembimbingku dalam belajar agama islam yang insya Allah sampai kapan pun selagi Allah masih menunjukkan hidayah-Nya padaku.

Meskipun aku dan mas Hanif tidak berada dalam satu halaqoh, namun kami masih bisa saling bersilaturahmi. Tatkala aku sedang libur kerja dia sering mengajakku rihlah atau jalan-jalan menikmati indahnya panorama alam Papua yang sangat memanjakan mata. Sering kami menikmati indahnya danau yang dikelilingi oleh hijaunya pegunungan, melihat indahnya kota sentani dari puncak pegunungan, serta bermain dengan gemericik air sungai yang dingin menyejukkan. Subhanallah, begitu indah Allah menciptakan semuanya tanpa ada cacat sedikitpun dalam penciptaan-Nya di bumi Papua yang menurut perkiraan teman-temanku di Jakarta, Papua itu menyeramkan. Semua itu dikarenakan mereka hanya melihat penduduk pribumi Papua yang hanya memakai koteka. Ternyata mereka salah besar. Papua begitu indah dengan hijaunya hutan dan pegunungan serta luasnya perairan yang masih murni bak hamparan permadani.

Dalam pandanganku, mas Hanif orangnya ramah, enak diajak bertukar fikiran dan cukup terbuka. Walau agak banyak bicara, ada hikmah dalam setiap kata yang terangkai penuh makna, dan itu yang membuat aku betah bila sedang bersamanya. “Indikasi orang yang sholeh”, pikirku, insya Allah.

Satu hal yang membuatku salut padanya adalah perjuangannya dalam meraih dan mempertahankan ilmu agamanya ditengah ujian dan cobaan hidup yang melanda, mempertahankan cahaya iman yang bisa redup sewaktu-waktu dalam perjalanan hidupnya bila tidak di jaga dengan sepenuh hati, jiwa dan raga.

Betapa sejak kecil dia telah ditinggal oleh kedua orang tuanya merantau ke tanah seberang. Dia yang masih kecil tinggal bersama neneknya di sebuah desa di daerah Jawa Timur sana, sedangkan kedua orang tuanya berada di belahan timur Indonesia, Papua.

Sang nenek dengan penuh kasih sayang merawat dan mendidiknya, mengajarkan dasar-dasar pendidikan agama di samping pendidikan islam yang di dapatnya dari sekolah. Dari situlah mas Hanif kecil mengenal agama islam, agama yang penuh rahmat dan kasih sayang ini.
Belasan tahun beliau jauh dari orang tua, belasan tahun yang penuh dengan kerinduan akan belaian kasih sayang, dekapan hangat dari orang-orang terkasihnya. Hanya sang neneklah yang menjadi tempat pelabuhan hati, tempat berkeluh kesah serta menjadi sandarannya untuk meluapkan kerinduan.

Setelah sekian lama berpisah dengan ayah bundanya, akhirnya setelah mas Hanif kecil menyelesaikan sekolah dasarnya, maka ia diajak orang tuanya ke Papua tempat di mana mereka sekarang tinggal.

Sejak saat itulah ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Kemudian mas Hanif melanjutkan Sekolah Menengah Pertamanya di Papua.

Kini, hari-hari mas Hanif dilalui bersama orang tuanya. Semua berjalan baik tanpa ada suatu kendala. Namun entah kenapa suasana terasa datar-datar saja. Ia tidak begitu merasakan adanya kedekatan layaknya seorang anak dengan orang tua pada umumnya. Dia mencoba untuk menjaga hubungan baik dengan ayah bundanya, mencoba untuk lebih dekat lagi dengan keduanya, namun ia merasa sulit untuk melakukan itu. Kadang ia merasa iri melihat teman-temannya yang bisa begitu dekat dengan orang tuanya, bisa bermanja-manja dalam mengungkapkan rasa cinta mereka. Dia sedih, kenapa tidak bisa seperti mereka. Mungkin semua itu karena ia terlalu lama berpisah dengan kedua orang tuanya.

Ternyata kehidupan yang sekarang ia jalani tak seindah seperti di kampung halamannya dulu. Di tempat yang baru, ia seperti orang asing. Ia merasa sendiri dalam keramaian di tengah-tengah lingkungannya, jauh dari nuansa islami seperti yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya, ketika tinggal bersama neneknya. Lebih-lebih lingkungan keluarga yang tidak mendukung untuk kehidupan agamanya. Ia pernah bercerita kalau kedua orang tuanya dan satu saudaranya berbeda keyakinan. Ya, mereka nonmuslim. Walau ada saudara perempuannya yang muslim tapi sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami. Jadilah ia seorang diri berjuang mempertahankan keyakinannya, mempertahankan prinsip hidup yang paling mendasar. Mungkin ini pula yang menyebabkan ia kurang bisa dekat dengan ayah bunda sebagaimana mestinya.

Dia juga bercerita, betapa dalam perjalannya belajar agama banyak sekali halangan dan rintangan, baik dari keluarga maupun lingkungan bergaulnya sehari-hari. Namun ia juga menyadari semua karena pondasi agama yang mungkin belum begitu kokoh dari dalam dirinya, sehingga mudah terombang-ambing oleh badai cobaan yang menerpa. Dua tahun cukup membuat beliau dalam kebimbangan, hatinya masih labil dalam ketidakpastian dan sangat memerlukan bimbingan.

Dalam keterpurukan kehidupan ruhaninya, ternyata Allah masih menyayanginya. Allah masih berkenan menjaganya. Allah membuat hatinya cenderung mudah diajak dalam kebaikan dan enggan bila diajak kepada hal-hal yang menyimpang. Dalam masa kebimbanga dan pencarian jati dirinya, ada salah seorang teman sekolahnya waktu di SMA mengajaknya untuk mengikuti sebuah kelompok kajian (halaqoh).

Awalnya, ia hanya ingin tahu saja apa isi dari pengajian di tempat temannya tersebut, namun seiring berjalannya waktu ia merasa nyaman dan bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan. Sejak saat itu dan seterusnya mas Hanif mengikuti pengajian bersama temannya tanpa henti. Dari situlah dia bertekad untuk berubah, merubah kehidupan ruhaninya menjadi lebih terarah sesuai fitrah sebagai seorang hamba yang taat kepada-Nya.

Melihat kondisi keluarganya yang “berbeda”, ia bertekad harus menemukan seseorang yang bisa dijadikan teladan dan bisa membimbing dirinya dalam usaha menemukan hidayah Allah, menuju kematangan spiritual, hingga akhirnya bertemulah ia dengan seorang ustadz yang sekarang menjadi Murabbinya. Baginya seorang Murabbi adalah orang yang special, karena Murabbi berperan sebagai orang tua, guru, pemimpin bahkan sahabat, sehingga ia jadikan Murabbi sebagai tempat untuk bertukar fikiran dan mencurahkan permasalahan yang ada, bahkan bisa mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kedekatan yang tercipta karena kecintaan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Mereka bertemu karena Allah, berpisah pun karena Allah. Ukhuwah islamiyah yang mengesampingkan asal-usul, ras dan golongan bahkan melampaui batas geografis sekalipun.

Salah satu hal yang menjadi impiannya saat ini ialah, ia ingin membimbing sang Bunda untuk kembali kepada islam, mengantarkan Ibundanya meniti kembali kepada agama yang penuh rahmat bagi semesta alam, kembali kepada Ilahi Rabbi.

-oo00oo-

Untuk mas Hanif,
Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa memberikan pertolongannya untuk antum, memberi kesabaran dalam upaya membimbing Ayah bunda dan menjadi jalan hidayah bagi orang-orang tercinta. Semoga tetap istiqomah dalam berjuang, dan diberi kesabaran yang terbaik dalam menghadapi segala aral yang melintang.

Ana ucapkan terima kasih tak terhingga untuk ukhuwah yang indah ini. Syukron atas bimbingan dan segalanya. Semoga antum selalu dalam selimut rahmat cinta-Nya, di jauhkan dari segala macam keburukan, siang dan malam. Amin ya Rabbal ‘alamiin.
Jazakallahu khoiir.
ANA UKHIBBUKUM FILLAH.

Demikianlah sahabat, sepenggal kisah dari sahabat terbaikku dalam upayanya meniti jalan Ilahi, menggapai nur hidayah-Nya. Semoga bisa diambil ibrahnya untuk kita semua dan menambah semangat kita dalam belajar memperdalam agama ini dan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari secara kaffah. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

^^Terus merangkai kata untuk menggapai ridha-Nya^^

Wassalamu’alaikum…

Note: Untuk kemaslahatan bersama, nama sahabat yang kami kisahkan diatas bukan nama yang sebenarnya, semoga tak mengurangi makna dan tujuannya.

sumber :http://ibnuabdulrocman.blogspot.com/

0 comments

Posting Komentar

Contributors

aku bukan manusia sempurna aku menyadari bahwa diri masih banyak kekurangan tapi aku bersyukur dengan keadaanku saat ini aku bersyukur ALLAH masih memberi kesempatan untuk selalu memperbaiki diri dan belajar hidup dari siapapun yang ku temui dan dari keadaan apapun aku yakin pasti ada hikmah di setiap kejadian belajar untuk menjadi orang yang lebih ikhlas.sabar tawaddu,berani,lebih bijak dalam menghadapi dunia yang fana ini....insyALLAH.... blog ini jg saya bikin untuk naruh artikel2 yang bermanfaat untuk pembelajaran diri sendiri dan semoga bermanfaat buat temen2 yang mau nongkrong di blogku he he makasih ya !kalau da khilaf dan salah mohon maafkan...salam ukhuwah fillah

Pengikut